Monday, March 14, 2016



agrobisnis, agribisnis, penghijauan, perkebunan, jabon, reboisasi, bisnis, peluang usaha, investasi, wirausaha, wiraswasta, kehutanan, kayu, konservasi, pelestarian alam, agrobusiness, greening, replanting, plating, reforesting, reforestation, platage, plantation, business opportunity, green warrior, entrepreneur, agriculture, environtment conservation, forestry, logging


Kondisi Kawasan Hutan Hujan di Asia Tenggara

Hutan hujan di kawasan Asia Tenggara adalah kawasan hutan hujan tertua, kawasan yang tetap konsisten di bumi, per jaman Pleistocene 70 juta tahun yang telah lalu. Kawasan ini memiliki kekayaan biologis and keberagaman yang tak tertandingi bahkan dengan hutan Amazon atau hutan hujan Afrika. Nmaun sayangnya, Asia Tenggara telah mulai kehilangan hutan hujannya lebih cepat daripada daerah ekuator lainnya, dan memiliki kawasan hutan hujan primer paling sedikit. Diperkirakan bahwa sebagian besar kawasan hutan hujan primer di Asia Tenggara akan hancur dalam 10 tahun mendatang.

Asia Tenggara dengan panjang 3.100 mil (4.990 km), merupakan untaian panjang  dari sekitar 20.000 pulau yang terbentang antara Asia dan Australia. Mencakup area seluas 1.112.000 mil persegi (1.789.590 km persegi), sekitar dua kali luas Alaska. Kawasan ini terbentang dari 20° lintang utara (LU) sampai 16° lintang selatan (LS), antara 95° bujur timur (BT) sampai 105° BT. Suhu rata-rata harian bervariasi antara 70°F (21°C) sampai 90°F (32°C). Kelembaban selalu tinggi di daerah ini.

http://www.manfaatpenghijauan.com/refferer/FB1688387

Jutaan tahun lalu, saat belahan dunia lain melalui masa-masa pendinginan dan pemanasan, iklim di Asia Tenggara terjaga kurang lebih tetap sama. Hal ini terutama disebabkan oleh posisinya di garis ekuator and kawasannya yang dikelilingi oleh perariran. Karena iklim di ekuator tidak banyak berubah, dan samudera di sekitarnya menyediakan begitu banyak kelembaban dalam bentuk hujan, maka kawasan ini dapat memiliki kawasan hutan yang stabil (konsisten) dalam rentang waktu yang teramat panjang. Seiring naik turunnya ketinggian air laut karena pemanasan dan siklus pembentukan es, sejumlah kantung kecil hutan tetap terpelihara sebagai ”refugia hutan” atau kawasan kehidupan liar, dimana berbagai spesies dapat mempertahankan dirinya. Malaysia dan pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, adalah bagian dari kawasan daratan yang sama selama masa es terakhir. Ketika jaman es mencair dan ketinggian air laut bertambah, banyak dari kawasan-kawasan ini terpisah satu sama lain. Hal ini memaksa berbagai spesies untuk mengembangkan bentuk evolusi khasnya untuk merespon lingkungan lokal mereka, yang berujung pada kenaekaragaman spesies berbagai mahluk hidup yang sangat mengagumkan.   

Satu hal yang menarik dari hutan hujan dataran rendah di Malaysia, Kalimantan, dan Sumatera, adalah dominasi dari salah satu keluarga tanaman, Dipterocarpaceae. Dipterocarpaceae adalah pohon timbul dan bisa mencapai tinggi 120 kaki (36,5 meter). Mahkota tanaman ini disokong di atas batang tubuh yang besar dan lurus. Banyak tanaman epifit, seperti anggrek, pakis dan paku, tumbuh pada pohon ini. Liana, tanaman merambat, dan tanaman pembelit melingkar pada pohon ini karena pertumbuhannya menuju cahaya matahari. Spesies yang muncul adalah tualang (Koompassia excelsa) yang bisa mencapai tinggi 280 kaki (85 meter). Pohon ini adalah spesies tanaman tertinggi ke-3 di dunia, dan tidak bisa ditebang karena batang kayunya yang keras dan lapisan dinding yang tebal. Tapi hal yang paling penting adalah merupakan sarang dari lebah madu besar ((Apis dorsata) yang sarang madunya tergantung seperti baji besar dari bagian bawah dahan pohon tersebut. Pohon ini jauh lebih berharga jika dibiarkan tetap tegak berdiri.

http://www.manfaatpenghijauan.com/refferer/FB1688387

Pepohonan dan semak di kanopi bagian bawah memiliki mahkota yang menjulur seiring dedaunannya yang menuju cahaya mentari. Spesies yang toleran terhadap bayang-bayang (daerah remang-remang) akan tumbuh subur disini. Dedauanan akan dibentuk dengan sudut terbaik untuk menangkap cahaya. Sambungan khusus di bagian bawah batang, disebut pulvinus, memutar orientasi daun sehingga bisa mengikuti arah cahaya mentari.
Di bagian dasar hutan, tanah sangat dangkal dengan kebanyakan nutrisi berada dekat ke permukaan. Sampah dedaunan dan pohon yang telah mati, akan diurai dan hancur oleh jamur, serangga, dan pengurai lainnya. Nutrisi hasil uraian akan segera diambil oleh biomass hutan. Karena nutrisi berada dekat dengan permukaan, akar-akar tidak tumbuh terlalu dalam, dan pohon telah beradaptasi dengan mengembangkan akar berpelapis sampai setinggi 30 kaki (9 meter), atau akar yang menggelantung dari cabang dan dahannya.   

Ada beberapa hubungan mutualistis di antara ekosistem kawasan hutan hujan. Kelelawar subuh adalah penyebar benih utama dari pohon durian. Tiap-tiap ratusan species pohon ara memiliki spesies lebah penyebar benihnya masing-masing (Agaoninae spp), dimana tanpa lebah ini pohon ara tersebut akan segera mengalami kepunahan dan begitu juga sebaliknya. Siamang perak (Hylobates moloch) menjalani kehidupannya di tedung hutan dipterocarp bagian atas, dan tidak pernah turun ke daratan hutan. Keberlangsungan hidup mereka sangat tergantung terhadap pohon dipterocarp dan pohon ara yang memberi tempat tinggal dan menjadi sumber makanan selama hidupnya. Keterkaitan antara hutan hujan tropis dan ekosistem tersebar menjadi ribuan pohon yang mendukung beraneka mamalia dan jenis burung. Jika ada spesies kunci ini punah, maka kepunahan berantai akan dipicu dan menimbulkan efek domino dari kepunahan.

http://www.manfaatpenghijauan.com/refferer/FB1688387

Pepohonan tidak berbunga dan berbuah pada saat yang bersamaan di kawasan hutan hujan Asia Tenggara. Beberapa pohon hanya berbuah sekali dalam 3 tahun, kadang hanya sekali tiap 10 tahun. Siklus nutrisi yang pendek menyebabkan sangat sulit bagi pepohonan untuk memproduksi jumlah buah yang banyak dalm kurun waktu yang teratur. Banyak pepohonan yang menyelesaikan siklus berbunga dalam satu hari, dan hanya mau menerima dalam beberapa jam selama siang atau malam. Hanya sedikit pepohonan yang tergantung pada angin untuk polinasi, dikarenakan tipisnya kandungan air di daerah kanopi yang rapat ini. Pepohonan ini sangat bergantung pada hewan dan serangga untuk polinasi dan penyebaran benihnya. Pepohonan yang muncul, seperti kapuk (Ceiba pentandra), dipterocarp, atau tualang, yang bisa tumbuh hingga mencapai ketinggian 240 kaki (73 meter), dapat memiliki benih yang beterbangan di udara. Mahkota mereka tumbuh jauh di atas tedung kanopi dan terpapar oleh angin yang bertiup disana.

Saat benih jautuh ke daratan, mereka cenderung perlu untuk berkecambah di daerah yang teduh. Daerah dasar hutan adalah kawasan yang sangat sulit untuk memulai kehidupan, banyak benih membungkus diri dengan tepung yang berdaging dan beraroma sebagai sumber makanan cepat. Bau memiliki peranan penting dalam siklus kehidupan tanaman, dan banyak tanaman akan memiliki bau bunga dan buah yang menyengat. Pohon Rafflesia berbau seperti bangkai busuk, dan durian berbau seperti terlalu buruk untuk dimakan, walaupun dikenal sebagai Rajanya Buah dan rasanya yang nikmat. Bau yang menyengat ini menarik hewan dan serangga yang akan memakan dan menyebarkan benih ini jauh dari pohon induknya.

Ratusan jenis hewan dan tanaman sedang diambang batas kepunahan di kawasan Asia Tenggara. Hewan yang kritis terancam adalah badak Sumatera bercula dua, selamat di kantung kecil hutan di Sumatera dan Kalimantan. Keseluruhan populasinya diperkirakan hanya berkisar 300 sampai 500 ekor. Badak Jawa telah masuk dalam kepunahan. Harimau Sumatera, seperti halnya sepupunya Harimau Jawa juga akan segera mengalami kepunahan. Gajah Asia adalah herbivor hutan berukuran besar yang memerlukan hutan cukup luas untuk bisa bertahan. Pemukiman manusia dan penebangan pohon telah mempersempit habitat hidup mereka sehingga tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan makanan gajah. Tapir Malaya adalah spesies tapir terbesar diantara total 4 spesies tapir yang masih hidup, dan tidak lebih dari 50 ekor masih hidup liar di hutan. Hewan lain yang hanya bisa ditemui di Sumatera dan Kalimantan adalah orang hutan, atau manusia hutan. Mereka dulunya bisa ditemukan di daratan utama Asia, dari Thailand sampai China Selatan. Mereka kebanyakan memakan buah dan bergerak di dalam hutan mengikuti pepohonan yang berbuah. Terdapat 13 spesies terpisah dari primata di hutan daratan rendah di kawasan Kalimantan. Kebanyakan memiliki kawasan tempat tinggal yang tumpang tindih, namun memiliki diet dan cara mencari makanan yang berbeda-beda.

http://www.manfaatpenghijauan.com/refferer/FB1688387

Iklim di Asia Tenggara diklasifikasikan sebagai iklim tropis basah dalam sistem zona iklim Koppen. Iklim dipengaruhi oleh sitem angin laut yang berasal dari Samudera Hindia dan Laut China Selatan. Memiliki dua musim hujan. Musim hujan daerah timur laut terjadi antara bulan Oktober sampai Februari dan membawa hujan lebat di bagian timur kepulauan. Badai ini membawa efek seperti halnya badai Atlantik, tapi lebih banyak menghabiskan energinya di kawasan Filipina. Musim hujan barat daya lebih bertenaga dan terjadi antara bulan April sampai Agustus. Hujan lebat membuat jenuh kawasan barat dari rangkain kepulauan ini. Efek bayangan hujan menciptakan kondisi lebih kering namun berangin di kawasan berseberangan dari kepulauan ini serta semenanjung Malaysia pada musim hujannya. Terdapat juga dua musim antar hujan di antara dua musim hujan utama tersebut. Hutan hujan kawasan Asia Tenggara mencapai curah hujan rata-rata 79 inci (200 cm) per tahun.

Segala perubahan siklus musim penghujan dapat menyebabkan dampak yang sangat merusak. Di tahun 1992-1993, salah satu kebakaran hutan terjadi di Kalimantan. Pembabatan hutan yang meluas telah menurunkan jumlah hutan primer dan membuatnya rentan terhadap kebakaran. Kekeringan yang dibawa oleh El Nino pada tahun itu telah menyebabkan bencana alam ketika api pertanian meluas tak terkendali. Sebanyak 27.000 km persegi terbakar tanpa kendali.     
       
Kejadian yang sama terulang pada tahun 1998. Efek El Nino pada tahun tersebut menyebabkan musim hujan yang sangat lemah. Ribuan areal hutan terbakar di kawasan Malaysia dan kepulauan Indonesia, menghancurkan hutan hujan beserta tanaman dan hewan di dalamnya. Awan asap menyebar sampai ribuan mil melintasi kawasan-kawasan tersebut. Simbiosis mutualisme juga telah dihancurkan, spesies-spesies penghubung lenyap. Masih belum jelas apa akibat dari kebakaran tahun 1998 ini pada ekosistem hutan hujan. Namun sayangnya, pada tahun 2002, El Nino yang kuat juga terulang dan bergejolak di kawasan Pasifik.

Di Indonesia, pembabatan hutan ilegal telah mengarah kepada “kehancuran biologis” yang mempengaruhi ribuan tanaman dan spesies hewan, serta mengacaukan keseimbangan biologis alamiah yang menyebabkan kawasan hutan hujan tetap sehat dan stabil. Simbiosis mutualisme yang mempertahankan banyak spesies telah digoyahkan dan dapat berujung pada kepunahan massal. Bagi tanaman, hewan, dan banyak spesies-spesiesnya, yang menempati kawasan hutan hujan di Asia Tenggara, mungkin akan menjadi terlambat dan tidak akan ada ”kantung pengungsian” tersisa untuk mempertahankan spesiesnya. Pengkotak-kotakan habitat akan menyebabkan lebih banyak interaksi hewan liar dengan manusia, dan banyak diantara hewan ini akan dibunuh, atau ditangkap untuk perdagangan hewan. Banyak spesies akan menjadi punah, bahkan sebelum perannya di hutan hujan diketahui, dan ekosistem hutan hujan di Asia Tenggara akan runtuh.

E. Benders-Hyde 2002
Sumber: 



Kalau anda perduli dengan Alam Lingkungan, mari kita dukung program penghijauan, yg bermanfaat bagi Ekologi dan juga Ekonomi.


Info & Pendaftaran:
HP: 085 739 431 843
BB: 74 ED 93 D7
Whatsapp, Line, SMS: 089 627 9911 56
YM: agropenghijauan
Skype: agro.penghijauan





1 comment:

  1. http://www.manfaatpenghijauan.com

    Info & Pendaftaran:
    HP: 085 739 431 843
    BB: 74 ED 93 D7
    Whatsapp, Line, SMS: 089 627 9911 56
    YM: agropenghijauan
    Skype: agro.penghijauan
    http://www.bisnismanfaatpenghijauan.com

    ReplyDelete